Wednesday, December 16, 2020

Aku dan Perjalanan Hidupku

Endah Triwiningsih adalah nama yang diberikan orang tuaku kepadaku. Dari nama tengahku Tri yang berarti tiga dalam bahasa Jawa, orang bisa menebak aku anak keberapa. Ya, aku adalah anak terakhir dari tiga bersaudara. Dua kakakku laki-laki, dan aku adalah si ragil perempuan sendiri.

Terlahir dan menghabiskan masa kanak-kanak sampai MTs di kota tahu, aku bahagia mempunyai orang tua guru yang mengedepankan pendidikan. Mereka mengabulkan keinginanku untuk meneruskan sekolah jenjang SMA di Ngawi, dan kuliah S1 di Jogja. Namun ketika aku ingin melanjutkan ke jenjang S2, mereka melarangku dengan alasan mereka khawatir kalau aku ketuaan jika menikah menunggu lulus S2.


Setelah lulus kuliah, seperti fresh graduate lainnya, aku melamar kerja kesana sini, namun belum membuahkan hasil. Sambil menunggu lowongan kerja yang cocok, aku pergi ke Pare. Awalnya aku hanya mengantar temanku yang hendak kursus, namun akhirnya aku pun juga ingin menimba ilmu di tempat yang terkenal dengan sebutan kampung inggris tersebut. Rencana awal kursus cuma sebulan, namun akhirnya menjadi 3 bulan. Dan ketika hendak menyudahi pembelajaran di sana, salah seorang pemilik bimbel disana merekrutku untuk membantunya mengajar, alhamdulillah. Setahun kemudian salah seorang teman mengajak untuk mendirikan bimbel sendiri. Jadilah kami berempat mencoba berdikari di kursusan sendiri selama kurang lebih 2 tahun.

Mempunyai umur yang lebih dari cukup untuk menikah membuatku harus memenuhi permintaan ibu dan bapak untuk pulang ke kampung halaman setelah merantau beberapa lama. Namun karena belum ada jodoh, aku pun ngontrak dulu di tempat lain yang lebih dekat dari rumah sambil mendirikan bimbel kecil-kecilan. Tidak lama kemudian alhamdulillah Alloh mempertemukanku dengan jodoh yang selama ini ditunggu-tunggu.

Menikah di usia yang mungkin terbilang ketuaan untuk ukuran kampungku, alhamdulillah membuatku bersyukur bahwa semua akan indah pada waktunya jika kita berusaha dan berdoa. 

Setahun kemudian kami diberi amanah bayi laki-laki. Dan lima tahun serta delapan tahun kemudian kami dianugerahi lagi bayi perempuan, alhamdulillah.

Diberi rizqi suami yang seorang pengajar membuatku tertarik menjadi seorang guru honorer di sebuah SD tempat bapak dan ibu mengajar dulunya. Walau berkali-kali mencoba daftar sebagai CPNS namun keberuntungan belum memihak kepadaku.

Alhamdulillah tetap disyukuri dan tetap mengajar sambil membuka bimbel di rumah untuk membantu suami mencari nafkah. Untuk memperluas pengetahuan serta ketrampilan untuk menjadi perempuan, istri dan ibu, aku mengikuti kuliah di institut ibu profesional. Dari situ aku terus berusaha untuk mengembangkan dan menggali potensi diri untuk kehidupan yang lebih baik.


No comments:

Post a Comment