Monday, January 22, 2018

Aliran Rasa Level 11


       Tantangan level 11 telah terlalui. Semakin bertambah ilmu dari IIP dan semakin diri ini merasa masih perlu banyak belajar tentang berbagai hal. Better late than never. Mungkin itu kata yang harus saya ucapkan beriring kesyukuran yang mendalam, yang walaupun saya agak telat mengetahui ilmu pembangkitan fitrah seksualitas anak, namun saya masih diberikan kesempatan untuk mengetahui di saat usia anak saya sudah 4 tahun lebih ini. Alhamdulillah, segala puji bagi Alloh yang membukakan mata saya bahwa masih banyak yang harus dipelajari dan dilakukan dalam rangka mengawal dan mengawasi agar fitrah seksualitas anak tumbuh dengan normal, walaupun bundanya berlatar belakang inner child yang lumayan buruk.
      Karena banyak hal yang saya rasakan terdampak akibat penumbuhan fitrah seksualitas yang tidak tuntas di masa kecil, yang bukan hanya dirasakan oleh satu generasi, bahkan bisa dua sampai tiga generasi, maka saya bertekad untuk memotong efek jelek dari kegagalan penumbuhan fitrah seksualitas cukup di generasi saya saja. Dan untuk generasi anak saya dan seterusnya, mereka harus tumbuh dalam lingkungan pendidikan dengan penumbuhan fitrah seksualitas yang normal dan tuntas. Semoga Allah memudahkan semuanya, amin.
      Selain hal diatas yang tidak kalah menarik dari tantangan level 11 ini adalah adanya sistem kerja kelompok secara online pula. Membayangkan kerja kelompok offline saja susah, apalagi secara online. Namun Alhamdulillah ternyata bisa juga hal itu dilakukan dan ternyata mengasyikkan juga hehe. Tambah ilmu lagi tentang belajar kelompok online.
      Untuk semua ilmu yang saya dapatkan melalui IIP ini, saya ucapkan jazakumulloh Khoirul jaza' kepada bunda Septi Peni Wulandani sekeluarga, sebagai founder IIP. Dan juga para fasilitator nan kece mbak Ressy dan mbak Lina, serta para bunda keren di kelas bunsay MrJatsela atas sharing dan diskusi hangatnya. Semoga Alloh membalas semuanya dengan yang lebih baik, amin.

#aliranrasalevel11
#bunsayiipmrjatsela

Monday, January 15, 2018

Menyiapkan Anak Laki-laki Menghadapi Masa Baligh



            Pentingnya membangkitkan fitrah seksualitas anak tidak dipungkiri lagi, karena menyiapkan anak mengahadapi masa akil baligh secara bersamaan adalah tanggung jawab yang harus dituntaskan para orang tua. Karena jika tidak dipersiapkan sejak dini akan banyak konsekuensi yang harus ditanggung baik oleh si anak maupun orang tua. Di bawah ini akan diuraikan tentang beberapa hal dalam rangka menyiapkan anak laki-laki menghadapi masa akil baligh.
            Seperti kita tahu bahwa fase perkembangan anak mulai dari 0-2 tahun didekatkan pada ibunya, 3-6 tahun didekatkan pada kedua orang tua, fase 7-12 tahun didekatkan dengan yang sejenis, jika perempuan didekatkan dengan ibunya dan jika laki-laki didekatkan dengan ayahnya, fase 13-15 tahun didekatkan dengan kebalikan, anak laki-laki dengan ibunya dan anak perempuan dengan ayahnya.
            Disini fokus pada usia di atas 7 tahun yang membutuhkan waktu lebih banyak dengan ayahnya daripada dengan ibunya. Kenapa hal tersebut diperlukan? Karena pada masa ini anak akan menghadapi mimpi basah yang tentunya para ayah yang lebih memahami daripada para ibu untuk penjelasannya. Namun jika ada satu atau lain hal yang ayah tidak bisa melaksanakan, maka ibulah yang berkewajiban menjelaskan.
            Tips menyiapkan anak laki-laki menghadapi mimpi basah untuk pertama kali, maka sebelumnya perlu dijelaskan apa itumimpi basah, apa bedanya mani dan madzi, dan apa yang harus dilakukan jika keluar cairan tersebut. Agar anak bisa membedakan bisa membedakan mani dan madzi, persiapkan terlebih dahulu alat-alatnya:
·      Untuk mani: aduk kanji/tepung sagu dengan air, jangan terlalu encer, hingga masih ada butir-butir kecilnya. Beri sedikit bubuk kunyit, hingga menjadi agak kuning. Taruh di wadah/botol.
·      Untuk madzi: beli lem khusus, seperti lem UHU. Berikutnya siapkan waktu khusus dengan anak untuk membicarakannya.
Apa yang harus disampaikan orang tua:
1.    Pertama, sampaikan pada mereka bahwa saat ini mereka telah berkembang menjadi remaja, dengan adanya perubahan-perubahan pada fisik mereka, dan sebentar lagi mereka akan memasuki masa baligh/puber.
2.    Walaupun mungkin agak jengah di awal, namun yakinkan pada mereka bahwa masalah tersebut merupakan tanggung jawab orang tua, yang nanti akan ditanya Alloh di akhirat.
3.    Ketika berbicara dengan anak laki-laki gunakan the power of touch.
4.    Sampaikan kepada anak kita: tentang mimpi basah dan mani.
ü  Bahwa karena ia telah memiliki tanda-tanda puber, maka pada suatu malam nanti ia akan mengalami mimpi sedang bermesraan dengan perempuan yang dikenal ataupun tidak dikenal. Dan pada saat terbangun, ia akan mendapatkan cairan yang disebut mani. Peristiwa tersebut disebut mimpi basah.
ü  Jika seorang anak laki-laki telah mengalami mimpi basah, tandanya ia sudah menjadi seorang remaja/dewasa muda. Dan mulai saat itu ia sudah bertanggungjawab kepada Tuhan atas segala perbuatan yang ia lakukan, baik berupa kebaikan maupun keburukan. Dalam agama Islam ia disebut mukallaf.
Beritahukan juga kewajiban yang harus dilakukan setelah mengalami mimpi basah. Dalam Islam, orang yang mimpi basah diwajibkan untu mndi besar/mandi junub yaitu:
1.    Bersihkan kemaluan dari cairan sperma yang masih menempel.
2.    Cuci kedua tangan.
3.    Berniat untuk bersuci.
4.    Berwudhu.
5.    Mandi, dengan meratakan air ke seluruh tubuh.
6.    Cuci kaki sebanyak tiga kali.
Adapun cara menerangkan tentang madzi yaitu jika anak melihat hal-hal yang tidak pantas dan berbau porno, maka bisa jadi ia akan mengeluarkan cairan yang disebut madzi. (Kita beritahukan kepada mereka contoh cairannya yaitu lem UHU). Cara membersihkannya cukup dengan: mencuci kemaluan, mencuci tangan lalu berwudhu. Ingatkan kepadanya, jika ia tidak melakukannya, ia tidak bisa sholat dan tidak bisa membaca Al-Qur’an.

Sumber: Niken TF Alimah dalam Buku Bunda Sayang, 12 Ilmu Dasar Mendidik Anak, Penerbit Gazza Media, Jakarta, 2013.

#Hari10
#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak

Sunday, January 14, 2018

Membangkitkan Seksualitas Anak: Mengantarkan Anak Sesuai dengan Tuntunan Alloh (Hasil Review Presentasi Kelompok IX)



            Walaupun cuma diikuti oleh dua personil yaitu bunda Ummu Musa dan bunda Tieneke Oni, alhamdulillah siang kemarin kelompok IX telah berhasil melakukan presentasi tentang fitrah seksualitas anak yang menitikberatkan pada tema mengantarkan anak sesuai dengan tuntunan Alloh. Sebenarnya tiap kelompok berjumlah kurang lebih 7 orang, namun personil lainnya sedang cuti dari kelas, jadi tinggallah mereka berdua saja.
            Setelah perkenalan, bunda Ummu Musa menayangkan beberapa slide yang menarik yang antara lain berisi bahwa segala sesuatu barang buatan pabrik itu mesti ada user manualnya. Begitu juga Alloh menciptakan manusia dan memberi petunjuk penggunaan tubuh kita selama 24 jam, sejak bangun tidur sampai menghembuskan nafas terakhir. Begitu juga Alloh dengan rinci menjelaskan tentang pendidikan seksualitas dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits shoheh. Serta Alloh juga telah mengatur bagaimana kita harus mendidik anak-anak kita agar menjadi anak-anak sholeh sholehah pejuang agamaNya.
            Kemudian dijelaskan tentang tahapan, fase dan tingkat perkembangan usia:
·           Fase pertama (7-10 tahun), fase tamyiz (pra pubertas). Anak diajari untuk meminta izin dalam 3 waktu dan adab memandang
·           Fase kedua (10-14 tahun), fase murahaqah (pubertas). Anak dijauhkan dari segala hal yang merangsang seksualitas
Ø  Memisahkan tempat tidur anak
Ø  Mengajarkan tidur dengan miring ke kiri dan ke kanan
Ø  Menjauhkan anak dari sesuatu yang dapat membangkitkan gairah seksual
·           Fase ketiga (14-16 tahun), fase bulugh (adolescence). Anak diajari etika berhubungan seksual apabila sudah siap menikah
·           Fase keempat (>16 tahun), anak diajari untuk menjaga kehormatan apabila belum siap menikah
Kemudian dijelaskan juga tentang:
1.        Media penyadaran
Anak ketika sudah besar disadarkan akan bahayanya sarana perusak seperti seks,bioskop, radio, mode, program televisi, tempat-tempat prostitusi terselubung dan terang-terangan.
2.        Metode peringatan
Metode peringatan ini dapat mengarahkan dan menyadarkan anak-anak dan merupakan media positif paling besar dalam menahan anak dari mengerjakan yang haram dan mencegahnya dari melakukan kekejian
3.        Media pengikatan
Tugas orang tua sebagai pembimbing adalah mengikat anak dengan ikatan aqidah, ibadah, pembimbing, sahabat, serta orang-orang saleh. Jika seorang anak dididik dalam keimanan kepada Alloh, ia senantiasa merasa diawasi oleh Alloh, baik di saat sembunyi ataupun terang-terangan dan merasa takut setiap saat.


#Hari9
#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak

Saturday, January 13, 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak: Mengantarkan Anak Akil Baligh Bersamaan (Hasil Review Presentasi Kelompok VIII)



            Alhamdulillah semalam sudah sampai pada giliran kelompok VIII untuk menyampaikan presentasinya. Tim yang terdiri dari bunda Solichati, bunda Nisfa Aditya, bunda Kartika Sari, bunda Sherly, bunda Sa’diyah, bunda Ifa Amalia dan bunda Muthoharoh tersebut menyampaikan presentasi tentang fitrah seksualitas yang menitikberatkan pada mengantarkan anak mencapai akil baligh bersamaan.
            Maka pertanyaan yang muncul pada topik akil baligh ini adalah tentang fitrah seksualitas, tahapan membangun fitrah seksualitas, apakah akil baligh, pentingkah akil baligh secara bersamaan dan tantangan yang dihadapi saat ini serta solusi yang ditawarkan. Adapun fitrah seksualitas dan tahapan pembangunannya sudah dibahas oleh kelompok sebelumnya, dan di kelompok ini lebih menekankan pada proses akil baligh yaitu usia > 15 tahun.
            Berawal dari fenomena akhir-akhir ini bagaimana remaja berperilaku yang tidak layak dan tidak sesuai dengan umurnya, bahkan anak usia SD pun sudah melakukan perbuatan layaknya suami istri tapi enggan bertanggungjawab dengan perbuatannya tersebut. Yang intinya kedewasaan seseorang secara fisik (baligh), tidak dibarengi dengan kedewasaan secara psikologi (akil). Di sisi lain banyak juga kasus perceraian yang disebabkan pasangan yang berumah tangga tidak siap menghadapi kesulitan dan permasalahan yang menimpa rumah tangga mereka.
            Adapun yang dimaksud akil baligh adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, memilih pasangan, belajar hidup bersama orang lain, memulai keluarga dan mengasuh anak-anak. Adapun pentingnya menyiapkan masa akil baligh adalah sebagai berikut:
1.    Anak memasuki akil baligh penting untuk mengetahui tanda-tandanya.
2.    Dikenalkan tanggungjawab sebagai seorang mukmin
3.    Karena telah sampai pada usia sama seperti lelaki,maka mereka bertindak dengan cara yang sama dan mendapat tugas yang sama
4.    Tanamkan pada anak bahwa ketika memasuki masa akil baligh, maka semua amal perbuatan akan diminta pertanggungjawaban
Sedangkan rambu-rambu bagi orang tua ketika anak memasuki masa akil baligh adalah:
1.    Anak diajari minta izin ketika masuk kamar orang tua
2.    Mengajarkan anak untuk menutup aurat sejak dini, begitu juga untuk menundukkan pandangan
3.    Memisahkan tempat tidur anak dari orang tua
4.    Mengajarkan tata cara mandi besar berikut sunnah-sunnahnya
5.    Menanamkan rasa malu sejak dini
6.    Memberikan arahan untuk berhati-hati ketika berinteraksi dengan lawan jenis
7.    Mengajarkan keharaman zina dan jelaskan bahaya beserta dosanya
Adapun salah satu tantangan yang berkaitan dengan akil baligh ini adalah yang dikenal dengan istilah peterpan/cinderella syndrom. Peterpan syndrom adalah orang laki-laki dewasa yang secara psikologis, sosial dan sexual tidak menunjukkan kematangan. Sedangkan cinderella syndrome adalah anak perempuan yang selalu dimanjakan oleh ayahnya. Perempuan yang berharap menikah dengan pangeran, yang akan selalu melindungi dan membahagiakan. Adapun penyebab syndrom ini adalah adanya gaya pengasuhan helikopter, yaitu anak laki-laki atau perempuan yang terlalu dimanja dan dituruti permintaannya serta tidak dibekali ilmu untuk menjadi istri,suami, penyebab kedua adalah orang tua yang lebih tahu karena lebih tua serta orang tua yang tidak membangun jiwa BBM (Berfikir, melatih, Mengambil Keputusan).
            Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi peterpan/cinderella syndrome adalah dengan menerapkan pola asuh yang benar, menumbuhkan fitrah sesuai dengan golden age masing-masing usia, serta psikoterapi untuk melatih kemandirian anak.


#Hari8
#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#MembangkitkanFitrahSeksualitasAnak