Sunday, August 13, 2017
ALIRAN RASA LEVEL 6
Matematika merupakan pelajaran yang banyak menjadi momok bagi kebanyakan siswa. Stigma sulit dan rumit sepertinya sudah sangat lekat dengan pelajaran ini. Terbukti dengan banyaknya siswa yang mengikuti bimbingan belajar agar bisa menguasai pelajaran ini. Apalagi sebagai guru bimbel, banyak diantara orang tua wali murid yang mengeluhkan bahwa ketika mereka berusaha mengajari anak mereka sendiri di rumah, yang ada malah pemberontakan dari anak mereka yang berujung pada pertengkaran. Oleh karena itu, mereka menitipkan anak-anak mereka untuk les, agar kesulitan pelajaran anak mereka bisa teratasi.
Berangkat dari permasalahan tersebut, dari semenjak dini, kami berusaha mengajari Fikri tentang matematika dengan cara yang menyenangkan. Alhamdulillah suami sudah memulai mengajari Fikri cara berhitung sederhana. Tinggal saya meneruskan dengan cara belajar ala bermain yang menyenangkan. Tak disangka ternyata banyak sekali cara belajar matematika yang menyenangkan bagi anak kecil. Dari permainan biasa pun bisa dikaitkan dengan pelajaran matematika.
Besar harapan saya untuk bisa mengajarkan matematika kepada murid saya terutama kepada anak saya dengan cara yang menyenangkan. Agar anak bisa senang belajar dan menguasai pelajaran dengan mudah. Yang akhirnya mereka bisa menjadi pembelajar mandiri. Dan semoga kelak anak-anak bisa mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.
Terimakasih bunda Septi Peni sekeluarga, terimakasih kepada bunda fasil dan juga teman-teman seperjuangan di kelas Bunsay Mr Jatsela atas segala sharing ilmunya. Semoga Alloh SWT membalas dengan kebaikan yang berlipat. Amin
Saturday, August 5, 2017
BERNYANYI SAMBIL BELAJAR BERHITUNG
Hari Sabtu ini
adalah hari aktif. Dalam arti Fikri masuk sekolah, saya pun juga masuk.
Pagi-pagi setelah mengantar ayah berangkat, saya dan Fikri kadang masih kembali
ke kamar sebentar, sebelum memulai aktifitas dapur kembali. Di atas kasur
kadang Fikri ngaji sebentar, kadang belajar sebentar ataupun kali ini kami
menyanyi bersama. Bernyanyi dua mata saya
adalah cara kami belajar Matematika saat itu.
Dua mata saya
Hidung saya satu
Dua kaki saya
pakai sepatu baru
Dua telinga saya
Yang kiri dan
kanan
Satu mulut saya
Tidak berhenti
makan
Tepuk tangan
anak-anak hehe, begitu canda saya setelah Fikri selesai bernyanyi. Selanjutnya
dia saya tanya-tanya kembali tentang lagu tersebut. “Kakak matanya ada
berapa?”, tanya saya. “Dua”, jawabnya. “Pinter”, puji saya. “Trus hidungnya ada
berapa?”, tanya saya sambil mencolek pipinya karena gemes. “Satu”, jawabnya.
“Bagus”, puji saya. “Lha kalau lubang hidungnya ada berapa ya?”, lanjut
pertanyaan saya. “Mmm ada dua”, jawabnya sambil nyengir kuda. “Pinter hehe”,
puji saya. “Lha kalau kupingnya ada berapa?”, tanya saya lagi. “Ada dua”,
jawabnya sambil memegangi kupingnya.
“Lha
kalau tangan sama kakinya masing-masing ada berapa?”, tanya saya lagi. “Ada
dua”, jawabnya sambil mengangkat tangan dan kakinya ke atas hehe. “Lha trus
kalau jari kaki kakak ada berapa?”, tanya saya lagi. “Satu, dua, tiga,......,
sepuluh bunda”, jawabnya setelah
menghitung jari kakinya yang masih diangkat. “Pinter”, puji saya. “Lha kalau
jari tangannya ada berapa ya?”, tanya saya. “Eh ada berapa ya, satu, dua,
tiga,........., sepuluh”, jawabnya antusias. “Alhamdulillah kakak bisa
menyebutkan jumlah anggota tubuh, tepuk tangan...plok plok plok”, puji saya
sambil tepuk tangan.
Setelah
belajar sambil bernyanyi sebentar, waktunya saya segera ke dapur. Alhamdulillah
hari ini Fikri telah belajar berhitung dengan bernyanyi. Sangat menyenangkan
ternyata. Tanpa beban berpikir dan ternyata mengandung muatan pelajaran
berhitung hehe. Semoga ke depannya Fikri bisa belajar Matematika lagi dengan
cara yang fun dan seklaligus menyukai pelajaran tersebut, amin.
#Hari10
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#IloveMath
#MathAroundUs
MENGENAL BERBAGAI MACAM BENTUK
Setelah
selesai ngelesi sore hari, saya selalu beres-beres bangku anak-anak, kemudian
menumpuk bangku tersebut agar rapi, trus kemudian menyapu lantai terus membuang
sampah ke tempat sampah sekaligus membakarnya. Selama proses bersih-bersih
tersebut, biasanya Fikri selalu menemani sambil sepedaan dari teras ke pinggir
jalan kemudian balik lagi naik ke teras lagi. Karena kami tinggal di desa di
rumah bapak ibu saya, jadi alhamdulillah masih ada halaman yang luas untuk sepedaan
maupun main sepakbola hehe. Saat itu sambil merapikan bangku, saya main
tebak-tebakan tentang bentuk dengan Fikri.
“Kakak
papan tulis ini bentuknya apa hayo?”, tanya saya. “Mmm apa ya, kotak”,
jawabnya. “Iya bagus”, respon saya membenarkan jawaban sederhananya. “Apa lagi
hayo yang bentuknya kotak?”, tanya saya. “Apa ya?”, jawabnya yang benar-benar
belum tahu jawabannya. “Yang bentuknya kotak bisa TV, kotak susu kakak, dan
juga kotak sepatu”, jawab saya memberitahunya. “Lha kalau yang bentuknya bundar
apa hayo?”, tanya saya lagi. Berbeda dengan pertanyaan sebelumnya yang dia
tidak bisa menjawab, kali ini dia segera menjawab dengan lantang. “Bola”,
“Bagus”, puji saya. “Jam (dinding)”, jawabnya sambil matanya melirik ke tembok.
“Iya bagus”, jawab saya. “Kelereng”, jawabnya lagi. “Bagus”, puji saya dengan
jawaban sederhananya.
“Lha
kalau benda yang bentuknya segitiga apa kak?”, tanya saya lagi. Dia pun belum
bisa menjawab, wah mungkin ini pertanyaan yang belum pantas untuk anak TK kecil
ya kok Fikri belum bisa jawab hehe. “Kakak yang bentuknya segitiga ini loh
rangka sepedanya kakak, penggaris, dan juga marka jalan”, jawab saya
menjelaskan. “Kakak belum bisa ya, kalau belum, besok-besok belajar tentang
bentuk lagi ya, sambil bermain”, kata saya lagi. “Iya bunda”, jawabnya nyengir
masih sambil sepedaan. Alhamdulillah pekerjaan beres-beres dan bersih-bersih
sudah selesai, saatnya untuk mandiin Fikri dan melanjutkan aktifitas sore
lainnya. Tak lupa selalu terselip doa agar Fikri menyukai Matematika dan tidak bosan
untuk mempelajarinya, amin.
#Hari9
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#IloveMath
#MathAroundUs
Thursday, August 3, 2017
MENYEBUTKAN JUMLAH KAKI HEWAN
Sore-sore waktu lagi nyantai sebelum
atau sesudah mandi sore, biasanya Fikri suka ngglibet di kamar bersama saya. Waktu itu dia selesai mandi sore. Biasanya
selesai mandi sore, dia mengaji iqra’. Kali itu dia tidak mengaji iqra’, tapi
malah melihat-lihat gambar hewan-hewan. Ketika mbah kungnya lewat depan kamar,
maka mbah kung menanyainya tentang jumlah kaki hewan yang sedang dilihatnya.
“Hayo Fikri, jerapah kakinya ada
berapa?”, tanya mbah kungnya.
“Ada empat”, jawabnya. “Pinter”,
puji mbah kungnya.
“Lha kalau sapi, kakinya ada berapa
hayo?”, tanya mbah kungnya lagi.
“Ada empat”, jawabnya sambil
mencari-cari gambar sapi yang ada di gambar.
“Bagus”, puji mbah kungnya sambil
berlalu pergi ke belakang untuk mandi.
“Lha kalau burung puyuh, berapa hayo
kakinya?”, saya melanjutkan bertanya.
“Mmm..berapa ya?”, tanyanya sambil
berpikir.
“Burung puyuh itu sama kayak burung
yang ada di depan yang suka dikasih makan sama mbah uti itu loh kak, lihaten
itu! Berapa kakinya?”, kata saya sambil menunjuk burung yang ada di teras.
“Ada dua”, jawabnya. “Pinter!”, puji
saya.
“Lha kalau bebek dan angsa,
masing-masing berapa jumlah kakinya?” tanya saya lagi.
“Ada dua”, sambil mencari-cari
gambar bebek yang ada di depannya.
“Bagus!”, respon saya.
“Alhamdulillah kakak hari ini sudah
belajar tentang jumlah kaki hewan, besok-besok belajar yang lain lagi ya!” kata
saya menyudahi permainan menghitung kaki hewan.
“Iyaa”, jawabnya.
Alhamdulillah Fikri sudah mau
belajar berhitung sederhana. Walaupun kadang-kadang dia mau belajar atau
membaca, tapi mogok mengaji iqra’. Semoga seterusnya dia mau menyeimbangkan
antara membaca atau berhitung dan juga mengaji, amin.
#Hari8
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#IloveMath
#MathAroundUs
Subscribe to:
Posts (Atom)